Langsung ke konten utama

-Setetes Darahmu Berarti Baginya-

Itulah slogan yang sering kita dengar, kita baca di spanduk-spanduk yang disponsori oleh PMI. Itulah yang mungkin bisa dibilang membuat saya dan dua teman saya lainnya berniat untuk pergi ke PMI sore tadi. Kami bertiga ( saya, Selfi, dan Sanddy) – seharusnya kami pergi ber’empat, tettapi teman saya satu lagi sedang pulkam – dengan gaya yang iyes masuk ke kantor PMI. Awalnya, kami seperti pendonor kebanyakan yang memang ingin mendonorkan darah, kami ikuti prosedurnya, mengisi form, antri di loket pendaftaran. Nah permasalahan muncul sejak di loket pendaftaran, saat kami sedang mengantri, tiba-tiba si bapak penjaga loket dengan nada bicara yang-sepertinya-mendesak-sekali, bertanya kepada kami bertiga, siapa yang bergolongan darah O,,, awalnya kami sempat bingung juga, ada apa ini, ada apa? Dan karena saya bergolongan darah O, saya pun dipanggil duluan dan disuruh masuk. Dalam hitungan waktu sepersekian detik saya masih tetap saja bingung, karena beberapa orang di sana sepertinya sedang kalang kabut. Kemudian ada bapak-bapak berseragam berkata bahwa dia sedang butuh darah yang bergolongan O. wah, saya sih langsung meng’iyakan saja, ada orang butuh saya coba membantu. Tibalah saya di bagian pemeriksaan darah. Setelah dilihat hasilnya ternyata HB saya kurang, hanya 10,6 saja. waduh saya kecewa berat. Saya tidak jadi mendonorkan darah saya, sedih juga sih, pasalnya orang yang mencari pendonor ini, memang benar-benar membutuhkannya, kata ibu-ibu saudara dari orang yang membutuhkan darah ini, si penerima donor ini sedang membutuhkan 3 liter darah dan setidaknya kurang 3 orang pendonor lagi. Mengapa dia membutuhkan darah begitu banyaknya? Karena kabarnya dia baru saja operasi, baru saja di kiret ( seperti pembersihan pada rahim begitu ). Haduh,,, kasihan sekali, saya sampai pengen nangis sendiri saat melihat ibu tadi-yang-sepertinya –agak-kecewa-juga-karena-saya-tidak-jadi-mendonorkan-darah-saya. Tapi syukurlah ada dua orang setelah saya yang dapat mendonorkan darahnya untuk saudara ibu tadi.
Hal menarik bukan hanya dari saya yang tidak jadi mendonorkan darah untuk saudara ibu tadi, ada yang lain juga. Saya seperti tereliminasi. Saya keluar bukan dari pintu ruangan pendonor tapi pintu sebelum pintu masuk ruang pendonor. Dengan perasaan kecewa saya duduk di ruang tunggu menunggu Shelfi dan Sanddy ( kali saja mereka berhasil lolos donda dan tidak tereliminasi seperti saya ). Saya menunggu mereka yang sedang check darah sambil ngelihatin ibu tadi (menyedihkan,,, dia bingung). Ehem,,, dan Shelfi memanggil saya untuk menyampaikan bahwa mereka bakalan ngece saya kalau mereka berhasil lolos seleksi donor. Haha,,, saya mah biasa aja (mungkin minggu depan baru bisa donor,iya kan?). tapi tak berapa lama kemudian, Sanddy keluar melalui pintu yang sama seperti saya tadi. Wah-wah,,, ternyata dia juga tereliminasi. Kenapa? Karena dia sedang batuk-pilek… wah ternyata batuk-pilek juga berpengaruh sekali. haha,,, saya menertawakan balik ke Sanddy, karena dia tidak jadi ngece saya gara-gara saya tidak jadi donor. Nyatanya dia sendiri juga tidak jadi… kasihan. Sekarang tinggal menunggu Shelfi. Apakah dia lolos atau tidak? Kita tunggu hasilnya beberapa saat lagi. Eng ing eng,,, ternyata, dia juga keluar dari pintu yang sama seperti kami. Wah ternyata tidak jadi ada yang di’ece ataupun mengece karena kami bertiga sama-sama tidak jadi mendonorkan darah kami ( maybe anytime we can do). Kami pun pulang dengan tangan hampa. Tanpa membawa snack dari PMI dan juga tidak meninggalkan apa-apa di PMI, tidak meninggalkan darah kami di sana. Yah sayang sekali, kami kecewa tidak bisa donor kali ini. Ehm mungkin memang kami harus pergi berempat kali ya,,, karena kan tadinya kami pergi berempat dengan teman saya satu lagi yang sedang pulkam itu, ya ya,,, jadi memang harus menunggu dia, biar bisa bareng-bareng gitu donornya… yah doaken lah minggu depan kita bisa mewujudkan hal itu… Amin,,

(bodohnya saya,,, sekalinya hampir bisa bantu orang lain kok malah gak bisa ternyata,,, gini ini akibat dari makan tidak teratur dan kurang makan sayur,,, jadi lah hal yang seharusya bisa dilakukan, malah jadi gak bisa,,, hufh,,,,)

Komentar

Nindy Hardjadinata mengatakan…
Wiii gaya rek donor darah...
Sayang gagal ahaha

kalo aku sih, mbok bayar berapapun nggak akan ikut ke PMI buat donor. saia kan phobia jarum suntik, apalagi jarum buat donor segede sedotan!! ga kok, bercanda hehe

Sebenernya sih aku takut anemiaku kambuh kalo donor, jadi mending ga deh hehe


Eh mak, there's an award for you in my blog. Take it ok :)

Postingan populer dari blog ini

Cewek Smart

Dalam melakukan sesuatu itu memang harusnya ditarget, iya gak sih? Seperti beberapa hari yang lalu selama dua hari berturut-turut, ada beberapa hal yang masuk list to do saya (maklumlah lagi libur kuliah dan gak ada kerjaan, jadi ya bikin-bikin geje aja) hehe,, list to do-nya missal : ambil buku di mbak Ria, ambil tiket gowes di warung komplek, itu untuk malamnya dan besok paginya rencananya pagi-pagi sekali saya mau berguru pada teman SMA saya mengenai taking2 (tapi yang ini gak jadi, si do’i bangun kesiangan : ( ), abis gitu ke kampus tanya-tanya masalah orientasi (maklumlah hitungannya kan saya masih mahasiswa baru, baru tujuh semester di ITS ) dan bikin kartu perpus (woh biar kliatan rajin, pake punya kartu perpus segala, haha) *interview gak sengaja* Gini nih, seperti yang tadi saya bilang, salah satu plan saya adalah “mengambil buku di mbak Ria”. Hem,, buku apa itu? Dan siapa mbak Ria? Yap ini kedua kalinya saya berkunjung ke rumahnya yang gak jauh dari rumah nenek saya. Dan

From Station to Station

Dari hati ke hati…. *eh Maaf maaf bukan waktunya ngegombal niiihh… eling eling!! Hehe. Bukan mau ngegombal kok, tenang aja. Cuma mau berbagi sedikit cerita perjalanan selama survey beberapa hari yang lalu. Kebetulan ada tugas dari dosen Infrastruktur Transportasi buat melakukan survey ke stasiun. Terserah sih mau ke stasiun mana. Apa saja yang disurvey? Yaitu meliputi : Ø   Lokasi Stasiun Ø   Fasilitas di Stasiun Ø   Layout Emplasemen Stasiun : Jumlah Track, Wesel, Peron, dsb Ø   Sistem Persinyalan Saya dan lima orang teman yang lain – Selpi, Abu, Dewanty, Eca, dan si Om Wawan – memutuskan untuk survey ke Kediri. Kenapa Kediri? Yah karena kita kehabisan stasiun yang deket-deket Surabaya. Lagipula gak sedikit kok temen-temen satu kelas yang survey di luar kota, malah sampai Bandung (niat banget yah… ya iyalah lha wong mereka sekalian pulang kampung :D ). Karena satu orang harus satu stasiun, maka kami carinya juga harus ada enam stasiun. Stasiun pertama yang

Steak Tuna

sekali sekali bikin makanan ala-ala resto ato kafe-kafe gitu aahhh... hihihi.. tapi makanan yang sehat dan penuh gizi dan pastinya yummy ala chef ... :P Yup!! mumpung ada ikan tuna yang masih ada banyak untuk bahan dagangan, saya coba-coba deh bikin Steak Tuna. ternyata gampang bingit. tinggal mau tingkat kematangan yang seperti apa aja yang diinginkan. kayak bikin steak daging biasanya itu loh. yang ada tingkatan kematangan dagingnya, macam medium, rare, well done. tadinya mau coba bikin medium yang dalamnya masih agak kemerah-merahan gitu, tapi saya takut mentah dan gak enak, jadinya saya bikin almost well done. apapun itu, daging ikan tuna itu gurih. beneran gurih. :9 which one do you prefer to serve? Cara bikinnya gampang bingit. pertama, siapin dulu bahan-bahannya, seperti; 1.    Ikan tuna steak dengan ketebalan kurleb 2,5cm (yang sudah dipotong steak ya.. bukan tuna kalengan.. heheh) 2.    Kentang ukuran sedang (kupas dan potong sesuai selera) 3.    Wortel