Langsung ke konten utama

Genting Highlands #halloKL


Rencana mau memulai hari dari pagi banget, kayaknya emang susah. Pol-polan kita memulai adalah jam 9 pagi. Jam 8 masih pada mulet males-malesan di kasur, karena emang belum kelihatan tinggi mataharinya (eehhmmm apa gara-gara tirai kamar belum dibuka ya?? Heheh)

nih masih ada yang molor padahal udah mau jam 8 pagi

Oke! Hari kedua ini, mau kemana kita?? Ke Genting Highlands. Hah? Genteng? Ngapain di genteng? Bukan genteng, tapi Genting. Letaknya di perbukitan sana. Oh iya, karena ini hari Sabtu, mas Harris si empunya rumah bisa menemani kita jalan-jalan.
Yuk cus ke Genting Highlands yang ada di ketinggian 1740 mdpl. Transportasi ke Genting ini agak susah juga, karena bas yang menuju ke sana kalau bukan bas persiaran (pariwisata) yah bas-bas umum yang jalannya di jam-jam tertentu.  Akhirnya setelah bernegosiasi dengan uncle-uncle penjaja teksi (bukan umum) dapatlah kita MYR 20/orang (per-orang ya, bukan pertaksi. Mahal gak tuh? *mahal bingiiit). Kita pakai 3 teksi. Dan saya kebetulan dapat teksi yang uncle-nya sampun sepuh (sudah tua), sudah ubanan dan berkeriput. Tapi jangan meremehkan si uncle satu ini. Baahhh,, kita berasa nge’drift!! Jalanan menuju Genting Highlands yang lebar namun berkelok juga menanjak, bikin si uncle tambah ngebut dan ngepot-ngepot (halah apa sih bahasanya ngepot nih?? Ya ngedrift gitu lah pokoknya). Berasa lagi syuting fast and furious 8, uncle ini apanya alm. Paul Walker yaahh... hahaha..
Beberapa pintu tol di KL ini ada yang menggunakan smartTag. Jadi pengendara mobil gak perlu ikutan antri ambil kartu tol atau bayar tol di loket pintu tol, cukup meletakkan smartTag – alat sebesar remote AC yang sudah ada sensornya – di dashboard dekat setir sebelah kanan pojok. Begitu melewati pintu tol bakalan kebaca itu sensor dari smartTag nya, langsung muncul deh harga tol yang terbayar berapa. Sampai-sampai si mas Harris bilang,”wah uncle ini canggih ya sudah pakai smartTag segala.” *langsung nyombong tuh si uncle – kita ber3 (saya, mbak Ima dan mbak Dina) di belakang pegangan erat-erat gegara nyetirnya si uncle horor*

smart Tag (dapet dari mbah gugel)

Dan taraaa... setelah sekitar 30menitan lebih, akhirnya kita sampai di Genting Highlands – sebelumnya mampir dulu beli-beli coklat – yang ternyata adalah.... MALL!! Lhaah jauh-jauh ke gunung mainnya ke mall juga. Eh tunggu dulu.. ini bukan mall biasa. Dan tujuan kita juga bukan main-main ke mall atau pindah tidur di ressort genting. Tapi, tapi, tapi.. kita mau naik Genting Skyway!! Yiipppii.. naek kereta gantung alias cable car! Cable car ini bakal menempuh sepanjang 3,38 km selama kurang lebih 16 menit. Tarif naik cable car ini MYR 6 sekali jalan, kalau mau balik lagi ke atas ya bayar lagi MYR 6, tapi kita Cuma sekali jalan aja sih, karena langsung mau cus ke tempat lain.

ketemu Liberty KW

Cable Car baru keluar dari Genting Highlands

Waaahhh... sensasinya alamak! Jadi beneran pengen maen parasailing deeehh. Kita lewat di atas bukit, eh hutan. Hijau!! Seneng deh ngelihatnya. Pemandangannya keren. Indonesia juga punya kok pemandangan macam begitu. :)

lagi gerimis dan masih berkabut

warna-warni cable car

Genting Skyway

pemberhentian cable car

selfie di dalem cable car :* :*

Puas jingkrak-jingkrak di dalem cable car, kita cus mau balik ke KL. Tapi, ada sedikit masalah nih. Gak ada bas yang ke KL sewaktu-waktu, jadi bas-nya ada di jam-jam tertentu. Kita selesai main cable car sekitar jam 2, dan bas selanjutnya baru akan berangkat jam setengah 5. Iiihhh mau ngapain juga kita selama itu. Setelah nego-nego sama teksi (lagi), dapatlah kita dengan harga yang sama dengan saat berangkat ke Genting Highlands, MYR 20 /orang. Bedanya, teksi yang ini teksi travel, jadi mobilnya gede. Kita bersepuluh muat masuk semua satu mobil.

Lagi-lagi hujan. Lumayan duduk nyaman di teksi, cuaca di luar sedang hujan, bobok deeh. Hehe. Tapi ada sedikit masalah. Saya gak tahu yang salah siapa, tapi begitu saya bangun, tiba-tiba ada mobil dari belakang nge’klakson teksi kita berulang kali. Sepertinya teksi kita motong jalan di depan mobil itu tadi. Marah-marah lah itu orang yang di dalem mobil. Masih sambil jalan semua (mobil dan teksi) saya perhatikan, si mobil gak terima, tahu-tahu saya lihat ada jari tengah mencungul – tahu kan isyarat jari tengah itu apa? – , eh muncul dari balik kaca mobil tadi yang diarahkan ke teksi kita. Huwaduh *tepok jidat*. Terus gak berapa lama kemudian, si pengemudi mobil nunjukin 5 jarinya dari balik kaca mobil. Mungkin itu isyarat ‘ah ya sudahlah, jangan diulangi lagi ya bro!’. Kayaknya nih yang naek orang India deh, sukanya kan pake isyarat tangan juga gitu kalo ngomong.

abis gitu shopping ke pasar ya.....

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cewek Smart

Dalam melakukan sesuatu itu memang harusnya ditarget, iya gak sih? Seperti beberapa hari yang lalu selama dua hari berturut-turut, ada beberapa hal yang masuk list to do saya (maklumlah lagi libur kuliah dan gak ada kerjaan, jadi ya bikin-bikin geje aja) hehe,, list to do-nya missal : ambil buku di mbak Ria, ambil tiket gowes di warung komplek, itu untuk malamnya dan besok paginya rencananya pagi-pagi sekali saya mau berguru pada teman SMA saya mengenai taking2 (tapi yang ini gak jadi, si do’i bangun kesiangan : ( ), abis gitu ke kampus tanya-tanya masalah orientasi (maklumlah hitungannya kan saya masih mahasiswa baru, baru tujuh semester di ITS ) dan bikin kartu perpus (woh biar kliatan rajin, pake punya kartu perpus segala, haha) *interview gak sengaja* Gini nih, seperti yang tadi saya bilang, salah satu plan saya adalah “mengambil buku di mbak Ria”. Hem,, buku apa itu? Dan siapa mbak Ria? Yap ini kedua kalinya saya berkunjung ke rumahnya yang gak jauh dari rumah nenek saya. Dan

From Station to Station

Dari hati ke hati…. *eh Maaf maaf bukan waktunya ngegombal niiihh… eling eling!! Hehe. Bukan mau ngegombal kok, tenang aja. Cuma mau berbagi sedikit cerita perjalanan selama survey beberapa hari yang lalu. Kebetulan ada tugas dari dosen Infrastruktur Transportasi buat melakukan survey ke stasiun. Terserah sih mau ke stasiun mana. Apa saja yang disurvey? Yaitu meliputi : Ø   Lokasi Stasiun Ø   Fasilitas di Stasiun Ø   Layout Emplasemen Stasiun : Jumlah Track, Wesel, Peron, dsb Ø   Sistem Persinyalan Saya dan lima orang teman yang lain – Selpi, Abu, Dewanty, Eca, dan si Om Wawan – memutuskan untuk survey ke Kediri. Kenapa Kediri? Yah karena kita kehabisan stasiun yang deket-deket Surabaya. Lagipula gak sedikit kok temen-temen satu kelas yang survey di luar kota, malah sampai Bandung (niat banget yah… ya iyalah lha wong mereka sekalian pulang kampung :D ). Karena satu orang harus satu stasiun, maka kami carinya juga harus ada enam stasiun. Stasiun pertama yang

Steak Tuna

sekali sekali bikin makanan ala-ala resto ato kafe-kafe gitu aahhh... hihihi.. tapi makanan yang sehat dan penuh gizi dan pastinya yummy ala chef ... :P Yup!! mumpung ada ikan tuna yang masih ada banyak untuk bahan dagangan, saya coba-coba deh bikin Steak Tuna. ternyata gampang bingit. tinggal mau tingkat kematangan yang seperti apa aja yang diinginkan. kayak bikin steak daging biasanya itu loh. yang ada tingkatan kematangan dagingnya, macam medium, rare, well done. tadinya mau coba bikin medium yang dalamnya masih agak kemerah-merahan gitu, tapi saya takut mentah dan gak enak, jadinya saya bikin almost well done. apapun itu, daging ikan tuna itu gurih. beneran gurih. :9 which one do you prefer to serve? Cara bikinnya gampang bingit. pertama, siapin dulu bahan-bahannya, seperti; 1.    Ikan tuna steak dengan ketebalan kurleb 2,5cm (yang sudah dipotong steak ya.. bukan tuna kalengan.. heheh) 2.    Kentang ukuran sedang (kupas dan potong sesuai selera) 3.    Wortel