Sebenarnya saya agak gak pede kalau ikutan acara beginian.
*deuuhhh kapan pede’nya siihh*. Melihat yang lain punya gear atau senjata bin
perangkat yang waaaaaaaaahhhhh, sedangkan saya hanya standar, tapi kata mereka,
jangan lihat dari apa yang mereka pegang atau pakai, tetapi dari bagaimana
mereka mendapatkan moment yang pas. Moment, moment, moment.
Suara surabaya, salah satu radio di surabaya yang menjadi
penyelanggara acara ini. Tau darimana? Iya dari sms sih sebenernya. Kok bisa? Karena
beberapa waktu lalu, saya ikutan lomba juga *walaupun gak menang*, mungkin ada
nomor saya di database mereka, sehingga ditawari buat ikutan. Kalau saja gak
dapat sms, saya mana tahu kalau ada acara beginian. Abisnya jarang nge’cek
blog, dan kadang rada’ malas juga ngecek twitter mengenai lomba satu persatu.
*dasar pemalas*
So? Gimana acaranya?
Yap, tanggal 23 Juni lalu, pagi-pagi beud jam 8an *itu mah
udah siang yah?*, kumpul di food fest pakuwon city (beberapa peserta nyasar di
pakuwon daerah surabaya barat, padahal acaranya di surabaya timur). Registrasi, dan dapat goodie bag, salah satu
isinya adalah 2 bungkus rokok. Dan apa yang saya lakukan terhadap rokok
tersebut? Saya buang gitu aja. Gara-garanya cari sampah gak nemu, akhirnya saya
taruh sembarang gitu aja di dudukan. Terserah deh siapa yang mau ambil, yang
penting gak akan saya kasih ke sodara ataupun teman saya.
-Pelabuhan Kalimas-
Saya masuk di kelompok pertama, bis A dengan tujuan pertama
adalah kawasan pelabuhan Kalimas. Tempat bersandarnya kapal-kapal tradisional. Lokasinya
10 km di sebelah barat pantai Kenjeran, tempatnya cukup menarik walaupun
matahari terik banget pas di siang hari, kapal-kapal yang bersandar di
pelabuhan ini masih tradisional (kapal kayu) dan menjadi sarana transportasi
perdagangan.
Saat di pelabuhan gak sengaja juga ketemu sama beberapa
kenalan di Kopdar (Komunitas Photography Sidoarjo), ada pak Sujai (sang jawara
nih, runner up lomba kali ini), pak Thomas, dan beberapa lainnya.
Kalau bukan karena ikutan acara ini, saya juga gak bakal
tahu yang namanya pelabuhan kalimas ini, karena selain itu, beruntung banget
nih saya bisa berkunjung ke daerah sini sebelum nantinya akan dilakukan
revitalisasi. Sebab, setelah revitalisasi yang rencananya bakal dimulai dari
tahun ini 2013 sampai nanti tahun 2018, kawasan pelabuhan kalimas bakal berubah
total wajahnya. Jadi istilahnya, kami, peserta Photography day ini menjadi
saksi sebelum pelabuhan yang masih kental sisi tradisionalnya ini dibongkar.
Apa sih POI-nya? (Point of Interest)
Kapal-kapal sandar, gudang tua, aktivitas bongkar muat serta
aktivitas ABK. Did i get it? Sebenernya saya dapat salah satu atau dua dari POI
itu, tapi karena saya belum berpengalaman, dan gak ngerti apa-apa, jadinya saya
ngumpulin gambar yang agak ngaco dan jadinya out of POI. Jangan diulangii yaa
>_<
-kawasan wisata ampel-
Next destination, dan pas banget sama jam-jam ishoma. Pas jam-jam
ramai, karena jamnya Sholat Dhuhur, kebetulan saya gak sholat, jadi gak sampai
hunting ke daerah belakang. Pun, peserta hanya boleh melakukan pengambilan
gambar dari luar Masjid. Dan di kawasan makam Sunan Ampel, peserta
diperbolehkan memotret dengan memakai celana panjang, dan khusus perempuan
menggunakan kerudung. Sampai-sampai ada peserta dari Bali kalo nggak salah,
laki-laki, dia pakai celana selutut, akhirnya beli sarung karena diminta
mengenakan celana panjang. :D
njajan dulu di ampel |
Sepintas mengenai kawasan Ampel
Ampel merupakan kawasan di bagian utara Kota Surabaya yang
mayoritas penduduknya etnis Arab, berasala dari wilayah Yaman Hadramaut. Suasana
Timur Tengah sangat kental terasa di kawasan ini. Ada pasar yang menjual barang
dan makanan khas Timur Tengah, seperti di Jl Ampel Suci dan Jl Masjid Ampel. Banyak
sekali obyek menarik, antara lain Masjid Ampel yang didirikan pada abad ke-15,
makam Sunan Ampel dan para santrinya, dan selalu ramai dikunjungi peziarah dari
seluruh tanah air. lalu semenjak 1972, pemkot Surabaya telah menetapkan kawasan
ini sebagai tempat wisata religi.
Lalu POI’nya?
Banyak banget POI di kawasan Ampel ini. Contohnya saja makam
dan area luar masjid, kampung arab, pasar ampel, kawasan mas mansur, pasar ikan
pabean, juga kota tua dan kampong minyak wangi di jl. Panggung.
Dan gara-gara saya jalan sendiri sampai ke daerah pasar
ikan, saya jadi ketemu sama rombongan dari grup 2. Hahah.. dan juga ketemu
kenalan saat ikutan hunting DANISH 2 tahun lalu. Ceritanya jadi nyasar ketemu
temen. :D
Third destination?
-Kawasan Jembatan Merah dan Kembang Jepun-
Overall, sebenarnya saya sudah pernah hunting di destiansi
kedua dan ketiga ini. Dengan suasana yang sama, siang hari dan panas yang
terik. Tapi kok ya nggak kapok-kapok itu looh. Heheh. Beneran deh panas. Untungnya
ini sudah siang menuju sore *walaupun panas masih kerasa beud*. Puter-puter. Pertamanya
bingung juga nih mau mulai darimana. Ada yang ngajak ke HOS. Waduh lumayan juga
tuh kalo HOS. Akhirnya saya cuma hunting di sekitaran jembatan merah dan sedikit
ke kawasan jalan Karet dan di sisi barat jembatan merah.
gerbang kya-kya |
Sedikit catatan history
Kawasan Jembatan Merah merupakan daerah perniagaan yang
mulai berkembang sebagai akibat dari Perjanjian Paku Buwono II dari Mataram
dengan VOC pada 11 Nopember 1743. Dalam perjanjian itu sebagian daerah pantai
utara, termasuk Surabaya, diserahkan penguasanya kepada VOC. Sejak saat itu
Surabaya berada sepenuhnya dalam kekasaan Belanda. Dan kini, posisinya sebagai
pusat perniagaan terus berlangsung. Sedangkan di Jl Kembang Jepun – yang
dulunya adalah kawasan hiburan bagi tentara Jepang – yang panjangnya 750m dan
lebar 20 m itu, pernah sangat ramai di malam hari karena adanya kya-kya. Namun kini,
hanya gerbang dengan arsitektur Tionghoa yang masih tersisa.
POI?
Bangunan tua di daerah jembatan merah ini sudah tidak
diragukan lagi banyaknya, diantaranya adalah Gedung Internatio, Museum BI (de
javasche bank), Gedung cerutu, Pabrik Limoen, Produksi Klompen, Kampung lawas
Kalimas serta di daerah kawasan kota lama kembang Jepun.
Saya agak keki waktu asyik-asyik hunting di daerah jembatan
merah, dan tiba-tiba ada seorang fotografer dari Jember, bertanya,”tahu
detailnya dari sejarah jembatan merah ini?” dengan nantang saya jawab,”loh, itu
kan ada di pelajaran sejarah sekolah dulu. Sudah lupa?” “iya, tapi saya belum
begitu jelas sih.” “itu loh yang W.S. Mallaby tewas di sana karena
pemberontakan arek-arek Suroboyo.” Tapi dia-nya masih kekeuh bukan itu jawaban
yang dia inginkan, akhir-akhirnya dia tanya saya orang mana, begitu saya bilang
Sidoarjo, dia komat-kamit,”oh iya pantes.” Pikirnya dia maklum karena saya
bukan orang Surabaya. Wewew... aneh..
Tulisan kali ini agak panjang, karena kegiatan pun belum
berakhir. Usai hunting di beberapa kawasan heritage tadi, kami kembali ke food
fest. Sampai sana pun kami masih harus memotret dan ini merupakan sesi
pemotretan yang diwajibkan. Karena kalau tidak mengumpulkan foto di sesi ini,
maka foto-foto yang sebelumnya pun gak bakal dianggap.
Sesi apa sih ini??
Yap., sesi foto model. Oouuugghhhh.... paling gak sreg
deh kalo sesi foto model. Pakaian seksi, wajah menggoda, dengan foundation
setebal 1 cm. Hahah. Kenapa gak ada model yang berkerudung sih? Kenapa harus
yang terlihat pahanya? Yang terlihat sebagian dadanya? Fiiuuuhh....saya hanya
ikutan jepret sekali dua kali tiga kali saja. Trus langsung pilah-pilih foto,
kumpulin, tuker kupon slurp, dan cuzzz pulang. Saya capeeekkk....
Photo by me |
Komentar
And also, removed the drop-shadow because it's irritating and ugly ;)
Great job, mak! Proud of you :*
Keuntungan kalau pake hosting, kamu bisa manage sendiri ukuran foto dan nggak bakalan 'diatur' sama penyedia hosting. In this case, foto yang ditampilin bisa jadi lebih besar mak tanpa terkena dampak efek blur.
Trus lagi, kalau kamu join hosting di Flickr, ada grup2 khusus photography yg mana km bs share hasil karyamu di situ sama fotografer di seluruh dunia ;)
padahal udah berulang kali loh kamu bilang... hihi... gak pinter2 nih muridnya.. hahah