Langsung ke konten utama

si Mbah Buyut



Kalo sudah sampai di saat ini, kadang gak bakalan ngerasa kalo waktu itu cepet banget. Dan kalo belum sampe di saat sekarang ini, pasti ngebayangin hari ini pada waktu dulu itu kerasa lamaaaa banget dan panjaangg banget hari-hari yang bakal dilalui untuk mencapai hari-hari di saat ini.
Itulah kenapa kita harus menghargai waktu sebaik-baiknya. Menggunakan waktu sebaik-baiknya. Karena kita gak bakalan tahu apa yang akan terjadi.
Seperti beberapa waktu lalu ketika lebaran dan saya berkunjung ke rumah Nenek Buyut saya – saya lebih asik kalo manggil Mbah Buyut (kata nenek berasa formil sekali) – ramai sekali. Anak, menantu, cucu, cucu menantu, buyut hingga buyut menantu pun berkumpul di sana untuk sungkem kepada beliau yang dianggap sesepuh dan paling tua diantara kami.

foto 2 tahun lalu, yang baru ada dipostingan sebelumnya
Saya menganggap Mbah Buyut itu keren sekali. Beliau senang sekali bercanda. Terakhir saya ingat bercanda dengan beliau adalah dua tahun lalu – karena tahun lalu saya tidak berlebaran di Pacitan, tapi di Surabaya – masih mendengar tawa beliau yang menggoda sambil mengunyah sirih hingga merah mulutnya.
Semakin hari manusia semakin tua dan usia luput dimakan waktu. Begitu juga dengan Mbah Buyut. Umurnya hampir 90 tahun. Mungkin karena lingkungan yang sangat mendukung, beliau masih tampak sehat. Sangat sehat untuk seumuran beliau.
Tenaga yang sudah tak kuat lagi, itu hanyalah akibat dari factor usia yang semakin menua. Ingatannya pun menua. Tidak semuanya beliau ingat. Termasuk saya. Beliau tidak ingat dengan saya. Mbah Uti harus menjelaskan dulu kepada si Mbah Buyut siapa saya. Begitu beliau ingat, beliau langsung memeluk saya sambil terharu. Ya Allah,, saya ikut terharu.
Ya Allah berikanlah kesehatan selalu bagi si Mbah Buyut saya, walaupun ingatannya semakin menua, kami – anak, cucu, buyutnya – sangat menyayanginya. Semoga beliau selalu dalam lindungan-Mu Ya Allah.. Amiinn..

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cewek Smart

Dalam melakukan sesuatu itu memang harusnya ditarget, iya gak sih? Seperti beberapa hari yang lalu selama dua hari berturut-turut, ada beberapa hal yang masuk list to do saya (maklumlah lagi libur kuliah dan gak ada kerjaan, jadi ya bikin-bikin geje aja) hehe,, list to do-nya missal : ambil buku di mbak Ria, ambil tiket gowes di warung komplek, itu untuk malamnya dan besok paginya rencananya pagi-pagi sekali saya mau berguru pada teman SMA saya mengenai taking2 (tapi yang ini gak jadi, si do’i bangun kesiangan : ( ), abis gitu ke kampus tanya-tanya masalah orientasi (maklumlah hitungannya kan saya masih mahasiswa baru, baru tujuh semester di ITS ) dan bikin kartu perpus (woh biar kliatan rajin, pake punya kartu perpus segala, haha) *interview gak sengaja* Gini nih, seperti yang tadi saya bilang, salah satu plan saya adalah “mengambil buku di mbak Ria”. Hem,, buku apa itu? Dan siapa mbak Ria? Yap ini kedua kalinya saya berkunjung ke rumahnya yang gak jauh dari rumah nenek saya. Dan

From Station to Station

Dari hati ke hati…. *eh Maaf maaf bukan waktunya ngegombal niiihh… eling eling!! Hehe. Bukan mau ngegombal kok, tenang aja. Cuma mau berbagi sedikit cerita perjalanan selama survey beberapa hari yang lalu. Kebetulan ada tugas dari dosen Infrastruktur Transportasi buat melakukan survey ke stasiun. Terserah sih mau ke stasiun mana. Apa saja yang disurvey? Yaitu meliputi : Ø   Lokasi Stasiun Ø   Fasilitas di Stasiun Ø   Layout Emplasemen Stasiun : Jumlah Track, Wesel, Peron, dsb Ø   Sistem Persinyalan Saya dan lima orang teman yang lain – Selpi, Abu, Dewanty, Eca, dan si Om Wawan – memutuskan untuk survey ke Kediri. Kenapa Kediri? Yah karena kita kehabisan stasiun yang deket-deket Surabaya. Lagipula gak sedikit kok temen-temen satu kelas yang survey di luar kota, malah sampai Bandung (niat banget yah… ya iyalah lha wong mereka sekalian pulang kampung :D ). Karena satu orang harus satu stasiun, maka kami carinya juga harus ada enam stasiun. Stasiun pertama yang

Steak Tuna

sekali sekali bikin makanan ala-ala resto ato kafe-kafe gitu aahhh... hihihi.. tapi makanan yang sehat dan penuh gizi dan pastinya yummy ala chef ... :P Yup!! mumpung ada ikan tuna yang masih ada banyak untuk bahan dagangan, saya coba-coba deh bikin Steak Tuna. ternyata gampang bingit. tinggal mau tingkat kematangan yang seperti apa aja yang diinginkan. kayak bikin steak daging biasanya itu loh. yang ada tingkatan kematangan dagingnya, macam medium, rare, well done. tadinya mau coba bikin medium yang dalamnya masih agak kemerah-merahan gitu, tapi saya takut mentah dan gak enak, jadinya saya bikin almost well done. apapun itu, daging ikan tuna itu gurih. beneran gurih. :9 which one do you prefer to serve? Cara bikinnya gampang bingit. pertama, siapin dulu bahan-bahannya, seperti; 1.    Ikan tuna steak dengan ketebalan kurleb 2,5cm (yang sudah dipotong steak ya.. bukan tuna kalengan.. heheh) 2.    Kentang ukuran sedang (kupas dan potong sesuai selera) 3.    Wortel