Langsung ke konten utama

Cewek Smart

Dalam melakukan sesuatu itu memang harusnya ditarget, iya gak sih? Seperti beberapa hari yang lalu selama dua hari berturut-turut, ada beberapa hal yang masuk list to do saya (maklumlah lagi libur kuliah dan gak ada kerjaan, jadi ya bikin-bikin geje aja) hehe,, list to do-nya missal : ambil buku di mbak Ria, ambil tiket gowes di warung komplek, itu untuk malamnya dan besok paginya rencananya pagi-pagi sekali saya mau berguru pada teman SMA saya mengenai taking2 (tapi yang ini gak jadi, si do’i bangun kesiangan : ( ), abis gitu ke kampus tanya-tanya masalah orientasi (maklumlah hitungannya kan saya masih mahasiswa baru, baru tujuh semester di ITS ) dan bikin kartu perpus (woh biar kliatan rajin, pake punya kartu perpus segala, haha)

*interview gak sengaja*

Gini nih, seperti yang tadi saya bilang, salah satu plan saya adalah “mengambil buku di mbak Ria”. Hem,, buku apa itu? Dan siapa mbak Ria? Yap ini kedua kalinya saya berkunjung ke rumahnya yang gak jauh dari rumah nenek saya. Dan senangnya orangnya masih ingat saya. Hehe maklum gak begitu dikenal sih saya.



mbak Ria dan saya

Ria Fariana, biasa saya panggil mbak Ria – biar lebih akrab aja (padahal emang sok”an aja) – , adalah seorang penulis dan biasanya tulisannya beraroma Islami. Sedikit cerita deh mengenai mbak Ria ya, awalnya juga saya tidak tahu kalau dia adalah seorang penulis, kalau saya gak baca buku kumpulan pengalaman “Jilbab Pertamaku” karya Asma Nadia dan kawan-kawan, mungkin saya gak akan mencari tahu juga. Dari situ, saya tahu salah satu penulisnya sama-sama satu almamater SMA dengan saya yaitu di SMA 9 Surabaya, saya kontak deh email-nya. Eh dan disambut dengan baik, yang akhirnya berlanjut dengan saya membeli buku karyanya “Cewek Smart #1” dan langsung bertemu dengan orangnya, sekalian juga donk sama tanda-tangannya. Excited sekali untuk menjalin silaturahmi, saya pun berniat untuk membeli yang “Cewek Smart #2”. Tetapi karena suatu kendala dan kesibukan yang buat saya gak sempat-sempat untuk mampir sejenak sekalian silaturahmi, saya sampai harus menunda-nunda buat berkunjung, sebenernya sih ya sungkan juga. Dan akhirnya kemarin saya berkesempatan. Alhamdulillah.



ini buku-bukunya

Begitu sore harinya sms saya dibalas sama mbak Ria, langsung semangat deh untuk memulai menuntaskan semua target saya dan saya pun beranjak buat siap-siap pergi dari rumah semaleman sampe besok pagi.

Sampe rumah mbak Ria, sepertinya lagi sibuk masak neh, kecium banget aroma gorengan, tapi tetep, setiap saya ke sana, pasti lagi sepi rumahnya. Ibu-nya sudah tidur dan suaminya belum pulang saat saya tiba. Tadinya saya menyiapkan beberapa pertanyaan buat diajukan ke mbak Ria, tapi karena saya orangnya gak begitu bisa bertanya dengan baik dan benar, akhirnya saya melupakan question list saya dan ngomong sekenanya saja. Dengan begitu, kadang tanpa sadar kita juga sudah interview ke orang tersebut. Iya gak?

Well, sejauh ini sudah ada lima buku yang ditulis oleh mbak Ria secara independen maksudnya hanya dia penulis yang da di buku itu. Dan selebihnya adalah cerpen di majalah-majalah, selain itu sekarang lagi nulis untuk Antologi bareng sama penulis-penulis lain. “Ide tulisan itu bisa dari Imajinasi, pengalaman pribadi, atau cerita-cerita orang, makanya hati-hati kalau curhat sama penulis, bisa-bisa curhatan kamu dijadikan bahan tulisan..” itu kata mbak Ria. Sambil bercandaan dan cerita sana-sini gak kerasa sudah menghabiskan waktu setengah jam sendiri saya di rumah orang. Cerita mengenai pengalaman menulisnya, mengenai pengalaman ketika dia disodorkan satu bab tulisan yang mana didalamnya adalah tentang dirinya dan ditulis oleh sahabatnya sendiri dengan beberapa tulisan yang katanya tidak enak untuk dibaca. Hehei… seru juga ngobrol ngalor ngidul bareng penulis. Dan mungkin karena memang dia seorang penulis dan banyak mengisi seminar di sana-sini sebagai pembicara, jadi banyak sekali yang diomongkan. Dan kita juga ngomongin masalah dari menulis hingga fotografi – kebetulan suaminya excited dengan fotografi – yang mana menurut dia, foto atau gambar itu greget ceritanya malah kadang kurang dapat, walaupun tidak sedikit orang bilang kalau foto atau gambar itu dapat bercerita dan mewakili dari apa yang akan diceritakan. Yah maklum lah sudut pandang orang memang berbeda-beda.

“Menulis itu melatih kesabaran…” itu katanya. Yup bener banget, saya termasuk orang yang gak sabaran dalam menulis, kadang ide Cuma muncul sampe halaman ketiga atau palah Cuma sampai paragraph ketiga, selebihnya tinggal tidur deh. Hehe,, padahal harusnya kan gak gitu ya? Kesabaran di sini juga mungkin maksudnya adalah konsisten, kalau emang niatan mau nulis, pasti ide-ide itu bakalan ngalir dan meluncur teratur bak air terjun yang sudah ada tampungannya dibawah air itu.

Hem.. gak salah deh nih malem-malem bertamu ke rumah orang. Hehe,,banyak juga sebenernya yang didapet. Dan ngomong-ngomong satu almamater SMA, sebentar lagi ada reuni SMA 9 Surabaya loh… hehe,, dengan bintang tamu bapak Menteri Pendidikan, M. Nuh,, bangganya ada senior yang bisa jadi menteri, hehe.

Komentar

wawanisme mengatakan…
wuew..
belum pernah aq baca karangannya asma nadia,
yg pernah karangannya helvy tiana rosa, judulx ketika mas gagah pergi,. cukup bagus critanya - menurutq.. he3..
fransintablog mengatakan…
hum,, coba dicari deh om,,, kbanyakan si tentang muslimah soalnya.. :)

Postingan populer dari blog ini

From Station to Station

Dari hati ke hati…. *eh Maaf maaf bukan waktunya ngegombal niiihh… eling eling!! Hehe. Bukan mau ngegombal kok, tenang aja. Cuma mau berbagi sedikit cerita perjalanan selama survey beberapa hari yang lalu. Kebetulan ada tugas dari dosen Infrastruktur Transportasi buat melakukan survey ke stasiun. Terserah sih mau ke stasiun mana. Apa saja yang disurvey? Yaitu meliputi : Ø   Lokasi Stasiun Ø   Fasilitas di Stasiun Ø   Layout Emplasemen Stasiun : Jumlah Track, Wesel, Peron, dsb Ø   Sistem Persinyalan Saya dan lima orang teman yang lain – Selpi, Abu, Dewanty, Eca, dan si Om Wawan – memutuskan untuk survey ke Kediri. Kenapa Kediri? Yah karena kita kehabisan stasiun yang deket-deket Surabaya. Lagipula gak sedikit kok temen-temen satu kelas yang survey di luar kota, malah sampai Bandung (niat banget yah… ya iyalah lha wong mereka sekalian pulang kampung :D ). Karena satu orang harus satu stasiun, maka kami carinya juga harus ada enam stasiun. Stasiun pertama yang

Steak Tuna

sekali sekali bikin makanan ala-ala resto ato kafe-kafe gitu aahhh... hihihi.. tapi makanan yang sehat dan penuh gizi dan pastinya yummy ala chef ... :P Yup!! mumpung ada ikan tuna yang masih ada banyak untuk bahan dagangan, saya coba-coba deh bikin Steak Tuna. ternyata gampang bingit. tinggal mau tingkat kematangan yang seperti apa aja yang diinginkan. kayak bikin steak daging biasanya itu loh. yang ada tingkatan kematangan dagingnya, macam medium, rare, well done. tadinya mau coba bikin medium yang dalamnya masih agak kemerah-merahan gitu, tapi saya takut mentah dan gak enak, jadinya saya bikin almost well done. apapun itu, daging ikan tuna itu gurih. beneran gurih. :9 which one do you prefer to serve? Cara bikinnya gampang bingit. pertama, siapin dulu bahan-bahannya, seperti; 1.    Ikan tuna steak dengan ketebalan kurleb 2,5cm (yang sudah dipotong steak ya.. bukan tuna kalengan.. heheh) 2.    Kentang ukuran sedang (kupas dan potong sesuai selera) 3.    Wortel