Langsung ke konten utama

Selasa, 30 September 2008

Hari ini hari terakhir puasa Ramadhan. Alhamdulillah ya Allah, Engkau telah pertemukan hambamu ini dengan Ramadhan tahun ini, semoga Engkau pertemukan hamba dengan Ramadhan tahun depan lagi ya Allah. Amin.

-Bojonegoro Sibuk-
Hari ini jalanan di Bojonegoro terasa sibuk sekali. Saya, Mama dan Adik saya pergi ke salah satu swalayan di kota Bojonegoro. Letaknya dekat dari rumah dinas bapak. Tinggal jalan kaki saja, tidak sampai lima menit sudah tiba di sana. Tadinya saya kira hanya akan membeli barang-barang yang diperlukan, sudah selesai kemudian pulang. Tetapi tidak. Yang menjadi jujugan pertama adalah tempat bermain. Uh dasar adik saya kurang kerjaan sekali. Tempat bermainnya sangat ramai sekali. Saya sampai pusing dan bingung sendiri tempat apa ini. Begitu berisik. Tempat bermain ini mengingatkan saya pada Sinar tempoe doeloe. Sinar adalah salah satu mall – zaman saya SD itu saya anggap mall, karena sudah cukup besar bagi saya – letaknya di daerah Jemursari, Surabaya, bersebelahan dengan kantor pos besar dan dekat dengan BPS – Badan Pusat Statistik – , di dalam Sinar terdapat supermarket, foodcourt, dan playground. Permainan yang ditawarkan kebanyakan adalah video game – begitu juga dengan swalayan yang ada di Bojonegoro – bentuk fisik dari alat permainan ini adalah seperti box yang terdapat layar dua dimensi-nya, saya biasa menyebutnya dengan ding-dong. Sekitar lima belas menit saya berada di playground itu. Cukup bising juga.
Tidak sampai di situ saja perjalanan saya di swalayan itu. Setelah dari lantai paling atas – kebetulan playground tersebut berada di lantai paling atas, paling atas hanya sampai lantai tiga saja – kami bertiga ke lantai di bawahnya untuk membeli sepatu sandal untuk Mas saya yang nomor dua dan beberapa potong underwear. Sungguh sebenarnya saya sangat khawatir akan pembelanjaan ini. Karena sungguh saya takut sekali uang yang Mama bawa tidak cukup untuk membeli barang-barang itu, bayangkan saja, Mama membeli sepasang sepatu sandal, sepasang sandal jepit untuk adik saya, baju koko untuk Mas saya, dan beberapa potong underwear. Benar apa yang saya takutkan hampir saja terjadi. Sangat nyaris melampaui batas uang yang Mama saya bawa. Saya agak sedikit bisa menghela nafas lega. Karena masih ada beberapa ribu rupiah sisanya dan masih cukup untuk saya membeli isi pensil untuk mengerjakan tugas yang saya boyong mudik.
Bojonegoro benar-benar sibuk, termasuk swalayan ini. Ramai sekali. Sampai-sampai ketika saya mau membayar satu pack isi pensil, saya harus mengantri panjang di kasir, padahal di swalayan tersebut terdapat sekitar empat sampai lima kasir dan semuanya bekerja. Saking ramainya, setiap kasir melayani sampai lebih dari lima antrian. Swalayan ini tidak begitu besar, namun sangat ramai. Maklum karena mungkin dikhawatirkan besok swalayan ini tidak buka karena lebaran. Saya sampai mual dan pusing gara-gara mengantri dan begitu penuhnya swalayan itu. Untung saja saya tidak sampai pingsan di tempat, entah jadinya apa saya bila sampai pingsan di sana. Bisa ramailah tempat itu nanti gara-gara saya pingsan di situ. Saya langsung mengeluh pada Mama dan langsung tiduran saya sesampainya di rumah. Sudah begitu hari sedang panas. Oh,,, ketik C spasi D,, Capek Deh..

-Pulsa Laris-
Dari pagi, saya sudah mengeluh untuk diisikan pulsa telepon oleh bapak, namun sampai sekitar pukul sebelas siang belum ada juga. Tapi akhirnya terisi juga pulsa. Lumayanlah dua puluh ribu. Tapi, sebenarnya masih belum cukup juga untuk mengirim ucapan Idul Fitri ke semua teman-teman saya sejagad raya. Sepulangnya bapak dari kantor, beliau member saya uang entah untuk apa, tetapi saya manfaatkan untuk membeli pulsa saja. Sorenya, saya pergi ke swalayan untuk membeli pulsa. Betapa kecewanya saya. Ternyata pulsa habis. Oh tidak,, dengan modal dua puluh ribu rupiah, saya mengirimkan sms lebaran kepada teman-teman saya. Dan untungnya cukup untuk mengirim. Dan tahu berapa sisa pulsa saya saat ini? Tinggal Sembilan rupiah saja!!! Oh bisa buat apa?? Pulsa sms ke sesame operator saja Rp 99,- bagaimana dengan ini?? Hanya bisa untuk pajangan saja. Hem,, tapi ya sudahlah. Toh besok saya ke Pacitan dimana signal operator saya tidak sampai ke daerah Mbah saya, jadi saya tidak perlu membalas sms dari teman-teman saya. Iya kan? Karena bagaimana bisa membalas, lha wong menerima saja tidak. ^^

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cewek Smart

Dalam melakukan sesuatu itu memang harusnya ditarget, iya gak sih? Seperti beberapa hari yang lalu selama dua hari berturut-turut, ada beberapa hal yang masuk list to do saya (maklumlah lagi libur kuliah dan gak ada kerjaan, jadi ya bikin-bikin geje aja) hehe,, list to do-nya missal : ambil buku di mbak Ria, ambil tiket gowes di warung komplek, itu untuk malamnya dan besok paginya rencananya pagi-pagi sekali saya mau berguru pada teman SMA saya mengenai taking2 (tapi yang ini gak jadi, si do’i bangun kesiangan : ( ), abis gitu ke kampus tanya-tanya masalah orientasi (maklumlah hitungannya kan saya masih mahasiswa baru, baru tujuh semester di ITS ) dan bikin kartu perpus (woh biar kliatan rajin, pake punya kartu perpus segala, haha) *interview gak sengaja* Gini nih, seperti yang tadi saya bilang, salah satu plan saya adalah “mengambil buku di mbak Ria”. Hem,, buku apa itu? Dan siapa mbak Ria? Yap ini kedua kalinya saya berkunjung ke rumahnya yang gak jauh dari rumah nenek saya. Dan

From Station to Station

Dari hati ke hati…. *eh Maaf maaf bukan waktunya ngegombal niiihh… eling eling!! Hehe. Bukan mau ngegombal kok, tenang aja. Cuma mau berbagi sedikit cerita perjalanan selama survey beberapa hari yang lalu. Kebetulan ada tugas dari dosen Infrastruktur Transportasi buat melakukan survey ke stasiun. Terserah sih mau ke stasiun mana. Apa saja yang disurvey? Yaitu meliputi : Ø   Lokasi Stasiun Ø   Fasilitas di Stasiun Ø   Layout Emplasemen Stasiun : Jumlah Track, Wesel, Peron, dsb Ø   Sistem Persinyalan Saya dan lima orang teman yang lain – Selpi, Abu, Dewanty, Eca, dan si Om Wawan – memutuskan untuk survey ke Kediri. Kenapa Kediri? Yah karena kita kehabisan stasiun yang deket-deket Surabaya. Lagipula gak sedikit kok temen-temen satu kelas yang survey di luar kota, malah sampai Bandung (niat banget yah… ya iyalah lha wong mereka sekalian pulang kampung :D ). Karena satu orang harus satu stasiun, maka kami carinya juga harus ada enam stasiun. Stasiun pertama yang

Steak Tuna

sekali sekali bikin makanan ala-ala resto ato kafe-kafe gitu aahhh... hihihi.. tapi makanan yang sehat dan penuh gizi dan pastinya yummy ala chef ... :P Yup!! mumpung ada ikan tuna yang masih ada banyak untuk bahan dagangan, saya coba-coba deh bikin Steak Tuna. ternyata gampang bingit. tinggal mau tingkat kematangan yang seperti apa aja yang diinginkan. kayak bikin steak daging biasanya itu loh. yang ada tingkatan kematangan dagingnya, macam medium, rare, well done. tadinya mau coba bikin medium yang dalamnya masih agak kemerah-merahan gitu, tapi saya takut mentah dan gak enak, jadinya saya bikin almost well done. apapun itu, daging ikan tuna itu gurih. beneran gurih. :9 which one do you prefer to serve? Cara bikinnya gampang bingit. pertama, siapin dulu bahan-bahannya, seperti; 1.    Ikan tuna steak dengan ketebalan kurleb 2,5cm (yang sudah dipotong steak ya.. bukan tuna kalengan.. heheh) 2.    Kentang ukuran sedang (kupas dan potong sesuai selera) 3.    Wortel