-it’s time to ‘sowan’-
Agenda saya di hari kedua ini adalah berkunjung ke rumah kerabat, baik kerabat dari bapak maupun dari mama. Pertama, kami ke rumah Mbah Pur, pamannya bapak. Beliau sudah cukup tua, yah seumuran si Mbah lah. Mbah Pur itu dulunya pejuang lho, beliau seorang Purn. TNI. Hebat kan? Mbah saya yang lain, bapaknya bapak juga seorang pejuang, sekarang sudah tiada, dulu di pahanya pernah ada bekas peluru akibat kena tembakan. Di rumah Mbah Pur juga ramai, tentu saja karena cucu-cucunya juga berkumpul. Kedua, kami nyekar ke makam leluhur. Makam bu Dhe, si Mbah, Mbah Buyut, Mbah Canggah, dan kerabat-kerabat lain yang telah tiada. Kemudian, saya dan keluarga ke rumah pak Dhe saya yang ada di desa Bodag, beda dengan desa si Mbah saya yang ada di desa Wonodadi Kulon tetapi masih dalam satu kecamatan yaitu kecamatan Lorok. Pak Dhe saya, Pak Dhe Bajuri sekarang tinggal seorang diri. Istrinya, Bu Dhe saya telah meninggal dan tadi pun saya nyekar ke makamnya. Di rumah Pak Dhe sepi, semua anak-anaknya sudah kembali ke rumah masing-masing pagi tadi sebelum kami tiba. Terakhir, kami ke rumah bibinya mama dan bapak. Perlu diketahui saja, Mama dan bapak ternyata masih saudara jauh. Yang menghubungkan ya orang tua bibinya itu. Agak membingungkan juga sih sampai-sampai saya sulit mengatakannya.
-Reuni SMP Negeri 1 Ngadirojo-
Kebetulan juga hari ini ada acara reuni SMP Negeri 1 Ngadirojo dan kebetulan juga Mama dan bapak pernah bersekolah di SMP yang sama, namun beda tingkat. So, mereka pun menghadiri acara itu ‘sebentar’ dan ‘hanya mampir’. Kenapa saya kutip? Karena itu tidak seperti kata yang tertulis. Mungkin karena saking asyiknya dan bernostalgia dengan teman-teman lama masa kecil, mama dan bapak hamper lupa dengan anak-anaknya yang ditinggal di mobil mana panas pula. Tapi, selama kami menunggu, kami malah membuat parody sendiri. Setiap tamu yang datang, selalu saja kami dubbing seolah kami buat percakapan sendiri dan lakonnya adalah tamu-tamu itu. Ternyata, orang Lorok hebat-hebat juga. Kebanyakan di antara tamu yang datang, mereka membawa mobil, mobilnya pun tidak terima mobil-mobil lama yang sudah berkarat melainkan mobil-mobil keluaran terbaru. Ada juga di antara mereka yang seorang pejabat, ada yang bawa anak-anaknya masuk ke dalam SMP. Dan layaknya Ibu-Ibu pejabat pasti lah tidak lupa dengan yang namanya berdandan, termasuk empat orang Ibu-Ibu yang memarkirkan mobilnya di sebelah mobil bapak. Saya dan Mas saya sampai membicarakan mereka. Yah seperti Ibu-ibu yang kemarin ada di rumah bos-nya bapak. Tampak menor dan sepertiya memang mereka melakukan perawatan super extra, jadi yang sebenarnya umurnya lebih dari Mama, bisa tampak jauh lebih muda dari umurnya. Dan akhirnya, setelah sekian lama menunggu di dalam mobil, mama dan bapak kembali. Kembali bukan karena ingat anak-anaknya melainkan bapak mendapat telepon bahwa ada tamu dari Wonokarto – saudara-saudara dari bapak – di rumah si Mbah. Saya menceritakan tentang Ibu-ibu tadi kepada Mama, ternyata one of them is Mom’s friend and her Mother. Ouh, ternyata.
Agenda saya di hari kedua ini adalah berkunjung ke rumah kerabat, baik kerabat dari bapak maupun dari mama. Pertama, kami ke rumah Mbah Pur, pamannya bapak. Beliau sudah cukup tua, yah seumuran si Mbah lah. Mbah Pur itu dulunya pejuang lho, beliau seorang Purn. TNI. Hebat kan? Mbah saya yang lain, bapaknya bapak juga seorang pejuang, sekarang sudah tiada, dulu di pahanya pernah ada bekas peluru akibat kena tembakan. Di rumah Mbah Pur juga ramai, tentu saja karena cucu-cucunya juga berkumpul. Kedua, kami nyekar ke makam leluhur. Makam bu Dhe, si Mbah, Mbah Buyut, Mbah Canggah, dan kerabat-kerabat lain yang telah tiada. Kemudian, saya dan keluarga ke rumah pak Dhe saya yang ada di desa Bodag, beda dengan desa si Mbah saya yang ada di desa Wonodadi Kulon tetapi masih dalam satu kecamatan yaitu kecamatan Lorok. Pak Dhe saya, Pak Dhe Bajuri sekarang tinggal seorang diri. Istrinya, Bu Dhe saya telah meninggal dan tadi pun saya nyekar ke makamnya. Di rumah Pak Dhe sepi, semua anak-anaknya sudah kembali ke rumah masing-masing pagi tadi sebelum kami tiba. Terakhir, kami ke rumah bibinya mama dan bapak. Perlu diketahui saja, Mama dan bapak ternyata masih saudara jauh. Yang menghubungkan ya orang tua bibinya itu. Agak membingungkan juga sih sampai-sampai saya sulit mengatakannya.
-Reuni SMP Negeri 1 Ngadirojo-
Kebetulan juga hari ini ada acara reuni SMP Negeri 1 Ngadirojo dan kebetulan juga Mama dan bapak pernah bersekolah di SMP yang sama, namun beda tingkat. So, mereka pun menghadiri acara itu ‘sebentar’ dan ‘hanya mampir’. Kenapa saya kutip? Karena itu tidak seperti kata yang tertulis. Mungkin karena saking asyiknya dan bernostalgia dengan teman-teman lama masa kecil, mama dan bapak hamper lupa dengan anak-anaknya yang ditinggal di mobil mana panas pula. Tapi, selama kami menunggu, kami malah membuat parody sendiri. Setiap tamu yang datang, selalu saja kami dubbing seolah kami buat percakapan sendiri dan lakonnya adalah tamu-tamu itu. Ternyata, orang Lorok hebat-hebat juga. Kebanyakan di antara tamu yang datang, mereka membawa mobil, mobilnya pun tidak terima mobil-mobil lama yang sudah berkarat melainkan mobil-mobil keluaran terbaru. Ada juga di antara mereka yang seorang pejabat, ada yang bawa anak-anaknya masuk ke dalam SMP. Dan layaknya Ibu-Ibu pejabat pasti lah tidak lupa dengan yang namanya berdandan, termasuk empat orang Ibu-Ibu yang memarkirkan mobilnya di sebelah mobil bapak. Saya dan Mas saya sampai membicarakan mereka. Yah seperti Ibu-ibu yang kemarin ada di rumah bos-nya bapak. Tampak menor dan sepertiya memang mereka melakukan perawatan super extra, jadi yang sebenarnya umurnya lebih dari Mama, bisa tampak jauh lebih muda dari umurnya. Dan akhirnya, setelah sekian lama menunggu di dalam mobil, mama dan bapak kembali. Kembali bukan karena ingat anak-anaknya melainkan bapak mendapat telepon bahwa ada tamu dari Wonokarto – saudara-saudara dari bapak – di rumah si Mbah. Saya menceritakan tentang Ibu-ibu tadi kepada Mama, ternyata one of them is Mom’s friend and her Mother. Ouh, ternyata.
Komentar