Langsung ke konten utama

outbond training

OUTBOND TRAINING ORMAWA ITS

(Sabtu-Minggu, 2-3 Agustus 2008)
(Trawas, Mojokerto)


Sebenarnya dengan senang hati saya mau mengikuti outbond training ini karena sebagai pengganti outbond training yang seharusnya saya ikuti dengan teman-teman alumni paskibra SMA 9 Surabaya yang tidak terlaksana. Outbond training kali ini memang diadakan oleh orang-orang yang ada di rektorat alias bapak-bapak terhormat yang ada di tingkat atas pemerintahan institute. Kegiatan ini secara implicit mempunyai maksud dan tujan untuk mengajak para aktivis ormawa untuk menyetujui keinginan bapak-bapak tersebut untuk menyelenggarakn ospek mahasiswa baru dengan system 2-2 yaitu 2 hari diadakan di institute dn 2 hari lagi diadakan di jurusan masing-masing. Dengan serangkaian kegiatan outbond yang telah dirancang sedemikian rupa yang tentu membuat para aktivis alias mahasiswa yang mengikuti ini jadi fun. Barulah nanti mereka mengajak teman-teman untuk membicarakan hal yang sudah saya sebut di atas tadi.

Bertemu Orang Baru

Tentu di sini saya sama sekali tidak mengenal teman-teman dari ormawa lain. Mengapa? Karena mengingat lokasi kampus saya (D3 TekSi – ITS Manyar) yang terpisah dari teman-teman yang lain dari kampus ITS pusat – tempatnya pusat kegiatan civitas akademik ITS – juga Karena teman-teman yang hadir saat itu kebanyakan adalah teman-teman dari angkatan yang setidaknya berada satu tingkat di atas saya atau lebih. Saya jadi seperti orang yang ling lung walaupun selalu mencoba untuk stay cool. Tapi, dengan begitu saya bisa mendapatkan teman-teman baru juga tentunya dari kegiatan ini. Itu salah satu keuntungannya. Dan ternyata banyak sekali ragam dari mereka. Tetapi kebanyakan tentunya yang saya kenal adalah teman-teman perempuan, karena antara lelaki dan perempuan tentu disendirikan.

Alumni PASSMANIX


Seharusnya saya bisa bertemu dengan teman-teman alumni paskib dari outbond training yang diadakan oleh teman-teman alumni, tetapi ternyata juga tidak harus saat berada di sana pun saya juga bisa bertemu. Ini mungkin kebetulan, saya sendiri tidak tahu kalau akan bertemu dengan salah dua teman alumni. Mereka adalah mbak Kiki dan Mbak Rahma. Dan mereka adalah salah dua dari anggota outbond organizer yang memfasilitatori kami di sana dan yang menemani kami selama outbond di sana. Saya hanya punya kesempatan sedikit saja untuk bebincang dengan mereka, itu saja hanya membicarakan outbond alumni yang tidak jadi diadakan. Senang juga bisa bertemu dengan mbak-mbak itu. Yang sekarang saya pertanyakan adalah, bagaimana mereka bisa bergabung dengan organizer tersebut?

Outbond Training

Yang selalu saya suka dari outbond training adalah games-nya. Hem,, jadi ingat pertama kali saya mengenal outbond adalah saat ada diklat paskibra SMA, dan di situ juga saya mengenal kakak-kakak yang luar biasa. Dalam outbond ini tentu mau tidak mau saya harus membaur dengan teman-teman dar ormawa lain. Dan kebetulan saya tergabung dengan kelompok yang saya benar-benar tidak mengenal mereka. Dyah dan Selvi – teman satu jurusan saya yang juga ikut kegiatana ini – berada pada satu tim yang sama namun berbeda dengan saya, itu yang membuat saya sendirian dalam tim saya ini, namun ada juga wajah-wajah yang pernah saya lihat sebelumnya pada kegiatan yang pernah diadakan di kampus saya. Seru, walaupun awalnya kita tidak saling mengenal. Bekerja sama dengan mereka. Saya tidak ingin seperti biasanya yang hanya bisa dam dan menunggu instruksi yang datang, saya mencoba untuk ikut membantu juga saat games mengukur jarak, saya inisiatif mengukurkan lengan teman-teman dengan tali raffia yang telah disediakan. Dan hasilnya, tidak mengecewakan, tim kami menang atas tim cowok. Bangga juga bisa membantu. ^_^. Sudah kenal lama atau baru kenal tidak menjadi masalah yang penting kepercayaan dan kerja sama. Bukan begitu?

Satu Tujuan

Seperti yang sudah saya katakan di atas tadi bahwa kedatangan kami ke Trawas ini adalah untuk membicarakan masalah OMB – Orientasi Mahasiswa Baru – dan pada acara api unggun pada malam harinya dengan semangat (yang masih ada) teman-teman menyanyikan berbagai lagu mulai dari hymne ITS, totalitas perjuangan, Indonesia Raya. Jujur, saya sendiri tidak mengerti maksud mereka menyanyikan lagu-lagu tersebut walaupun sebenarnya memang untuk membakar semangat teman-teman dan mengingatkan kepada teman-teman akan tujuan itu.
Forum Discussion Ormawa ITS


Mungkin inilah puncak dari serangkaian acara outbond training ini. Yaitu forum discussion ormawa ITS, dimana para aktivis ormawa berdiskusi dengan bapak-bapak dari pemerintahan tertinggi di Institut membicarakan masalah yang sudah saya sebutkan di atas. Dan seperti yang saya perhatikan bahwa bapak-bapak yang terhormat tersebut hanyalah menampung, menampung, dan menampung sanggahan atau ketidaksetujuan para aktivis, begitu pun saran yang diberikan hanya ditampung saja. Saya sampai tidak habis pikir, bapak-bapak itu benar-benar pintar sekali memutarbalikkan perkataan teman-teman. Dan saya hanya bisa melihat, saya takjub dengan teman-teman yang begitu diplomatis. Saya seperti melihat pertunjukkan saja, dimana saya hanya diam dan duduk manis dan menyaksikkan teman-teman itu berdiskusi dengan sengitnya bersama bapak-bapak yang terhormat. Jujur, memang hanya itu yang bisa saya lakukan, karena jujur saya bukan seperti mereka yang dengan cepat tanggap dan berani menyuarakan suara saya secara langsung.

Delapan Ikan untuk Delapan Kursi

Suatu acara seperti ini tentu tidak lepas dari yang namanya makan karena tidak mungkin bapak-bapak yang terhormat itu membiarkan mahasiswanya kelaparan di tepat orang. Cara makannya memang bukan prasmanan seperti biasanya. Dan baru kali ini saya makan dengan sangat dijatah sekali. Ada beberapa meja di ruangan makan itu dan di setiap meja terdapat delapan kursi yang mengelilingi meja. Dan tahu apa yang dihidangkan di atas meja tersebut? Yaitu adalah delapan ikan, delapan kerupuk, delapan jeruk, satu mangkuk besar sayur, satu termos nasi dan tentu dengan delapan piring, delapan pasang sendok-garpu. Sungguh benar- benar lucu. Mungkin pengelola tidak mau ambil rugi dengan melebih-lebihkan makanan atau pun kekurangan makanan karena terlalu banyak mahasiswa yang mengambil jatah lebih. Benar-benar cara yang efektif untuk meminimalisasi kerugian dan meminimalisasi mubazir.

Tidak Punya Pendirian

Ini adalah hal yang benar-benar membuat saya merasa resah gelisah dan tidak nyaman. Memang seharusnya dimana pun saya berada saya harus menyesuaikan tempat dan kondisi saya berada. Saya tidak nyaman dengan tempatnya mungkin karena pengelola villa ini memilikki keyakinan yang berbeda dengan kami yang tiba di sana. Mau beribadah, saya bingung juga ini sebelah mana kiblatnya, karena sama sekali tidak ada petunjuk – dalam keadaan seperti memang sangat diperlukan sekali memiliki kompas – dan karena diperbolehkan untuk mengambil arah mana saja jika tidak mengetahui posisi kiblat, jadilah kami sholat dengan berbeda-beda arah disetiap sholat. Dan ada satu kejadian yang benar-benar saya jadi tidak enak dan tidak nyaman. Saat itu, salah seorang bapak yang terhormat menyindir kami, beliau bilang kalau katanya kami ini memiliki kebersamaan, tapi mana, pada saat sholat berjamaah saja peserta putri tidak ada yang hadir di aula untuk sholat berjamaah – mungkin memang karena berbagai pertimbangan jadi kami peserta putri tidak hadir –. Tetapi, entah apa yang membuat saya untuk tidak sejalan dengan teman-teman pada saat itu. Bersama dengan teman sekamar saya, kami berdua hadir di aula untuk mengikuti sholat berjamaah. HANYA BERDUA DIANTARA PESERTA PUTRI. Awalnya saya merasa semua akan baik-baik saja. Tetapi, baru saja saya akan keluar dari rumah, saya melihat pandangan teman-teman serumah yang membuat saya takut. Pandangan mereka seolah mengatakan,”Dasar tidak punya pendiriran.” Saya mencoba bertahan, saya teruskan langkah saya menuju aula. Dan begitu sholat selesai, teman-teman yang lain sudah menunggu di depan aula untuk melanjutkan kegiatan selanjutnya. Saya sempat tidak enak jika nantinya bertemu pandang dengan mereka, namun hal itu tidak dapat dihindarkan. Saya pun bertemu pandang dengan salah seorang teman serumah saya. Walau hanya sekilas saja, tetapi pandangan itu benar-benar membuat saya jadi seperti orang yang salah sekali. Benar-benar menakutkan. Aku jadi merasa tidak tenang. Tetapi, sudahlah saya harus melupakan itu, kalau tidak berarti saya seperti orang yang terkena hukuman moral, yang merasa seperti orang yang selalu dijauhi oleh orang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cewek Smart

Dalam melakukan sesuatu itu memang harusnya ditarget, iya gak sih? Seperti beberapa hari yang lalu selama dua hari berturut-turut, ada beberapa hal yang masuk list to do saya (maklumlah lagi libur kuliah dan gak ada kerjaan, jadi ya bikin-bikin geje aja) hehe,, list to do-nya missal : ambil buku di mbak Ria, ambil tiket gowes di warung komplek, itu untuk malamnya dan besok paginya rencananya pagi-pagi sekali saya mau berguru pada teman SMA saya mengenai taking2 (tapi yang ini gak jadi, si do’i bangun kesiangan : ( ), abis gitu ke kampus tanya-tanya masalah orientasi (maklumlah hitungannya kan saya masih mahasiswa baru, baru tujuh semester di ITS ) dan bikin kartu perpus (woh biar kliatan rajin, pake punya kartu perpus segala, haha) *interview gak sengaja* Gini nih, seperti yang tadi saya bilang, salah satu plan saya adalah “mengambil buku di mbak Ria”. Hem,, buku apa itu? Dan siapa mbak Ria? Yap ini kedua kalinya saya berkunjung ke rumahnya yang gak jauh dari rumah nenek saya. Dan

From Station to Station

Dari hati ke hati…. *eh Maaf maaf bukan waktunya ngegombal niiihh… eling eling!! Hehe. Bukan mau ngegombal kok, tenang aja. Cuma mau berbagi sedikit cerita perjalanan selama survey beberapa hari yang lalu. Kebetulan ada tugas dari dosen Infrastruktur Transportasi buat melakukan survey ke stasiun. Terserah sih mau ke stasiun mana. Apa saja yang disurvey? Yaitu meliputi : Ø   Lokasi Stasiun Ø   Fasilitas di Stasiun Ø   Layout Emplasemen Stasiun : Jumlah Track, Wesel, Peron, dsb Ø   Sistem Persinyalan Saya dan lima orang teman yang lain – Selpi, Abu, Dewanty, Eca, dan si Om Wawan – memutuskan untuk survey ke Kediri. Kenapa Kediri? Yah karena kita kehabisan stasiun yang deket-deket Surabaya. Lagipula gak sedikit kok temen-temen satu kelas yang survey di luar kota, malah sampai Bandung (niat banget yah… ya iyalah lha wong mereka sekalian pulang kampung :D ). Karena satu orang harus satu stasiun, maka kami carinya juga harus ada enam stasiun. Stasiun pertama yang

Steak Tuna

sekali sekali bikin makanan ala-ala resto ato kafe-kafe gitu aahhh... hihihi.. tapi makanan yang sehat dan penuh gizi dan pastinya yummy ala chef ... :P Yup!! mumpung ada ikan tuna yang masih ada banyak untuk bahan dagangan, saya coba-coba deh bikin Steak Tuna. ternyata gampang bingit. tinggal mau tingkat kematangan yang seperti apa aja yang diinginkan. kayak bikin steak daging biasanya itu loh. yang ada tingkatan kematangan dagingnya, macam medium, rare, well done. tadinya mau coba bikin medium yang dalamnya masih agak kemerah-merahan gitu, tapi saya takut mentah dan gak enak, jadinya saya bikin almost well done. apapun itu, daging ikan tuna itu gurih. beneran gurih. :9 which one do you prefer to serve? Cara bikinnya gampang bingit. pertama, siapin dulu bahan-bahannya, seperti; 1.    Ikan tuna steak dengan ketebalan kurleb 2,5cm (yang sudah dipotong steak ya.. bukan tuna kalengan.. heheh) 2.    Kentang ukuran sedang (kupas dan potong sesuai selera) 3.    Wortel