Petaling
Street, China Town
Yap
semacam pasar gitu. Monggo monggo yang mau belanja-belanja. Saya mah mau
belanja apaan coba. Males banget kalau disuruh masuk pasar bejubel. Ya modelnya
kayak di Malioboro gitu lah. Bedanya ini gak sepanjang Malioboro, dan ini
identik dengan Chinese nya. Ada tuh yang jualan mulai dari kacamata, gantungan
kunci, kaos sampai tas-tas KW super. Ada juga yang jualan Chestnut. Penasaran
nih, tapi yang beli temen saya. Hehe.. rasanya? Semacam beton (eh bukan beton
buat bangunan). Beton itu kalau orang Jawa bilang isinya Nangka, alias biji
Nangka. Iya emang sama sih rasanya. Jangan-jangan emang biji Nangka nih, tapi
bukan hehe.. setelah saya gugling chestnut semacam kacang-kacangan dan bukan
biji dari buah. Tapi memang rasanya
persis banget sama biji nangka yang biasanya dikukusin sama mama, bedanya yang
ini disangrai. Harganya MYR5/100gr.
gerbang Petaling street
abang-abang penjual chestnut
chestnut nemu dari mbah gugel
Gak
jauh dari Petaling Street ternyata ada Sentral Market. Belanja di sini lebih
enak, adem, di dalam gedung dan gak khawatir kehujanan atau becek-becekan dan
lagi ada yang lebih murah dari Petaling Street tanpa pakai tawar-menawar. Sudah fixed
price. Dan saya? Belanja? Hahah... sudah saya bilang... saya belanjaannya
paling dikit (pake banget!) yang lain pada belanja ini-itu saya Cuma beli
postcard. Hahah.. enggak gitu juga sih. Saya belanja dan kalau dihitung-hitung
total belanja saya Cuma seperempat kurang dari rata-rata belanjaan temen-temen
yang lain. Iya yang lain pada bawa empat plastik, saya Cuma satu plastik doank
*tapi besar.. hahah.. endak-endak*
Sentral market
Puas
belanja ini itu, kita cus jalan lagi ke stesen Masjid Jamek dengan tujuan
selanjutnya adalah KLCC yang kalau keluar dari komplek KLCC, we can see twin towers
of Petronas. Saya excited naik kereta di KL ini. Mereka punya banyak jalur
kereta. Mulai dari komuter, monorail sampai kereta bawah tanah. Wow memang.
Indonesia? Kapan? *langsung lihat ijazah yang bertuliskan Sarjana Teknik
(Sipil). Kontribusimu?? Ngaca sana loe!* heheh...
Twin Towers Petronas
see... i'm not slim enough to stand between those towers :D
Setelah
berselfie ria di depan twin towers, kita lanjut ke Jalan Bukit Bintang, naek
teksi, kena MYR 20/orang, padahal gak jauh-jauh juga sih jaraknya, tapi ya
lumayan kalo jalan. Dan kebetulan teksi yang ready cuma ada dua waktu itu.
Sedangkan kita ada bersepuluh. Mau gak mau dengan sangat memaksa, akhirnya kita
bagi 2, satu teksi diisi 5 orang penumpang. Weleehh... kita sampai ketir-ketir
kalau-kalau ada polis lewat dan tahu-tahu menghentikan teksi kita. Dan bener,
ada polis lewat dekat kita, yang ngerasa badannya kecil harap sembunyi yaah,
yang gedhe susyah mau sembunyi baah. Hahah.. alhamdulillah gak kena. Karena
kabarnya kalau ketahuan, kena denda MYR 300. Lumayan tuh sejuta lebih!!
Di
Bukit Bintang, lihat apa? Heemmm... dasar gak gugling dan cari tahu. Dibayangan
saya adalah kita pergi ke bukit dan melihat lampu-lampu kota bak bintang di
langit macam bukit bintang yang selama ini saya kunjungi. Eh ternyata bukan.
Its just a name of street. Dan apa isinya sepanjang bukit bintang? Tempat
hiburan, cafe, toko-toko, tempat nongkrong, live music, hotel++ dengan
mbak-mbak berpakaian minim di depan tangga hotel (jalan menuju hotel bukan
pintu besar berkaca di pinggir trotoar langsung, melainkan naik ke tangga, dan
taraa... anda akan menemukan ‘hotel’ itu). Ada juga wanita KW (super) alias
waria yang manis pakai baju minim sambil senyum-senyum dan langsung mendekat
kalau ada bule (gak tahu itu bule putih, item, atau warna nanggung) yang lewat
dan menurut dia kece. Ada juga nih model emak-emak cina yang lebih terlihat
kalau dia ini ‘mami’nya, abisnya muter aja di sekitaran situ, abis dari ujung
sana balik ke sini terus balik lagi ke ujung sana. Heehh pusing sendiri
ngelihatnya.
lukisan sketsa di salah satu sudut bukit bintang
macetnya bukit bintang
mesin tiket buat rapid KL
sampai jumpa di bandara esok hari yaa... :)
Komentar